PENDERITAAN DARI ABAH UNTUK IBUKU
Ijin mengshare sebuah cerita dari lubuk imajinasi paling dalam. Mudah2an cerita ini dapat memperkaya khasanah pengetahuan dibidang perimajinasian liar kita.
Part 1
Lahirnya sebuah obsesi
Aroma udara yang segar dihasilkan oleh pepohonan sangat mudah didapat ditempat ini. Desa ini sangat sejuk karena wajar masih jauh dari aktivitas industrialisasi dan warganya pun masih memiliki pola hidup yang sederhana. Standar berkecukupan disini hanya cukup memiliki rumah petak, dan memiliki sawah untuk di garap. Tak hayal para pemuda produktif desa ini tidak lahir keinginan untuk merantau.
Desa ini disebut Desa Kumbang. Rata2 warganya memiliki profesi sebagai petani kopi dan tebu, ada juga beberapa memiliki sawah yang ditanami padi. Latar kehidupan di desa ini tidaklah jauh dengan desa dipedalaman. Dimana warganya masih taat akan adat istiadat dan religius.
Namun kadang memang gunung es tidak terlalu tampak besar dipermukaan. Ia akan terlihat besar apabila orang dapat melihat hingga didalam. Desa kumbangpun demikian. Terlihat sebagai desa yang aman dan menawarkan kesejukan bagi orang yang mengunjungi, namun memilihi sisi bopeng yang parah bagi beberapa orang warganya. Tempat yang terlihat baik, kadang menjadi tempat ternyaman dan teraman menyembunyikan kejahatab dan kebejatan.
——–
Itulah sedikit gambaran dari tempat hidup yang aku diami. Namaku amad umurku saat ini berusia 18 tahun. Usia dimana sudah cukup merekam suatu kejadian dan cukup mengolah getirnya perasaan dan penderitaan. Sebagai remaja yang baru kelas 3 SMA, aku hidup dengan ibuku yang bernama Dewi 40 tahun. Sedikit gambaran tentang ibuku, ibuku adalah ibu rumah tangga biasa yang berkerja sampingan berjualan diwarung kecil yang dikelolanya sendiri. Dari tampilan ibuku termasuk wanita yang sopan, memakai daster panjang dan menggunakan hijab apabila sedang berjualan atau diluar rumah. Ia tergolong wanita yang memiliki wajah sangat sensual dan bentuk body yang semok. Memiliki tinggi 159 cm dan berat 60kg dengan payudara besar dan lekuk pinggang yang sedikit menungging, membuat terkespose pantatnya yang bulat. Ditambah kulit ibuku khas orang palembang yabg kuning langsat, tak ayal membuat setiap laki2 menelan ludah melihat ibuku. Dari sana pulalah ayahku mendapat pekerjaan di kota palembang lewat sanak ayahku yang lebih dulu menjadi bos pengepul ikan dipalembang yang bernama Pak Angkoro yang berusia 50 tahun. Ayahku Herman 42 tahun adalah seorang pegawai disebuah pelelangan ikan di kota Palembang. Ayahku yang sudah sering merantau bisa sampai menghabiskan waktu tahunan baru bisa balik. Sejak 7 tahun yang lalu, ayahku mendapat pekerjaan tersebut, mulai saat itu ibu dan aku terbiasa hanya merasakan kedekatan ayah hanya via telpon. Ibuku memang dianugrahkan paras dan body yang seksi, namun aku bingung mengatakan apakah itu merupakan anugrah atau ….
Hal itu aku rasakan dimulai dari sebuah kisah, dimana suatu hari setelah aku dan ibuku pulang dari beribadah, ibuku dan aku berjalan melewati jalan utama desa kumbang. Saat itu sekitar jam 6 sore banyak terlihat warga desa lalu lintas di jalan yang sama. Ada yang pulang dsri berjualan dipasar, ada yang pulang dari sawah, maupun pulang dari beribadah. Disana aku berpapasan dengan seorang laki2 paruh baya yang awalnya berpapasan dengan kami, lalu sekian meter berikutnya aku mendapati ia sudah berbabalik dan justru mengikuti aku dan ibuku, aku tau laki2 itu bernama pak Udin, sebagai penjaga pasar di desaku.
Dari gelagatnya aku menangkap matanya tertuju pada belahan pantat ibuku yang saat itu masih berbalut sajadah. Walaupun ia dibelakangku aku tau betul gelagat laki2 apabila bertemu ibuku, pasti selalu terangsang. Ibu yang saat itu menggunakan daster warna maroon, berjalan agak cepat. Aku mendengar siulan yang seolah menelanjangi ibuku dari pak udin, lansung berbalik dan menatap pak udin karena dongkol dengan perlakuan kurang ajar terhadap ibuku.
Aku: kenapa pak?
Pak udin: engga kok mad, aman aja
Ibuku yang ngeh akan situasi gantung tersebut lansung memberi kode dengan menggeleng santai, seolah mengatakan “udah nak biarin aja”
Lansung aku meneruskan perjalanan kerumah dan akhirnya pak udin pun kembali berbalik ke tujuannya.
Ibu: udah nak, biarin aja pak udin itu
Seolah menenangkan aku dan sekaligus mengapresiasi usahaku dalam menjaganya.
Akupun lega dan kembali berjalan menuju rumah.
Dalam perjalanan pulang aku menayakan kepada ibuku,
Aku: bu, ibu mau ke warung lagi yah sekarang?
Ibu: iya nak, ibu kan belum nutup warung, lagian juga warung tutup jam 7, kalau gitu km balik pulang dulu biar ibu sendiri ke warung.
Aku: emang ibu gpp sendiri??
Ibu: wesss gpp lek, udh biasa. Sambil tersenyum ibuku memberi penenang untukku.
Saat dipersimpangan aku mengambil jalur kiri menuju kerumahku. Dan ibuku kanan menuju warung. Disana kami terpisah.
Setelah 10 mnt berjalan aku sampai dirumah, sedikit gambaran rumah kami. Kami memiliki rumah petak sederhana dsri bata yang belum diplester dan tanpa ada atap. Maklum kami warga yang ekonominya masih kurang baik. Disana kami hanya memiliki kamar mandi, dapur, ruang tamu sempit dan 2 kamar tidur, kamarku dan kamar orangtuaku. Kamar kamipun tidak memiliki pintu hanya korden sebagai penutup dan pemisah antara kamar dan ruang tamu.
Begitu aku masuk, aku mendapati barang dagangan ibu baru sampai diantar oleh kurir. Ini adalah barang dagangan untuk diwarung, dan aku inisiatif untuk mengantarkan barang dagangan itu kepada ibu, supaya besok ibu tidak perlu terlalu pagi bangun membawa barang ini. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali kewarubg menyusul ibuku.
Setelah berjalan 15 menit, akhirnya aku sampai di dekat warung. Dari jarak 15 meter. Aku melihat pak RT celingak celinguk seolah ingin memastikan situasi disekitar warungku, dalam bathin aku penasaran dan hendak mengintip sebenarnya apa yang dilakukan pak RT. Aku mencari tempat yang strategis untk menguping dan mendapat posisi dibalik pohon mangga dkat warungku.
Pak rt: wik, ada telor?
Ibuku: ehh pak rt, kok tumben pak rt belanja, bu rt mana?
Pak rt: dirumah, lagi sambil pantau aja dek,
Pak rt berbicara pada ibuku. Namun matanya menyorot buah dada ibuku yang dibalut daster tipis yang mencetak. Ibu setelah mengganti sajadang menggunakan daster mewar batik sampai ke bawah dan jilbab warna coklat. Namun aku juga nenyayangkan kenapa dsster ibuku sangat tipis.
Ibuku: mau berapa kg pak?
Pak rt: ehhh…. Anu …. Eee… 1 kg ajah dek. Ini uangnya (sambil memberi puang 100rb)
Ibuku: oalah, gk ada yang kecil kah pak?
Pak rt: gk ada punya saya besar semua wik, hehehe (sambil terkekeh mesum menggoda ibuku)
Ibuku: tunggu ya pak, saya ambil kembalian dulu.
Ibuku tidak merespon godaan itu. Walaupun terlihat tidak nyaman namun ibuku berusaha bersikap santai.
Sambil berbalik badan, ibuku mengambil kotak uang yang ditaruh diatas lemari yang posisinya agak tinggi. Dimana posisinya membelakangi si pembeli. Karena agak tinggi ibu harus jinjit untuk mengambilnya. Karena posisinya menjinjit, daster yang digunakan ibuku mencetak pinggul dan pantatnya yang semok. Disana aku melihat pak rt menelan ludah dan memeras kontolnya dibalik sarung lusuhnya, seolah sedang menelanjangi ibuku. Sorot mata yang selalu ingin memperkosa ibuku, sudah sering aku lihat dari pak rt sejak lama.
Ibuku: ini pak kembaliannya.
Pak rt: ohh iyaa, makasi dek dewik. Herman suamimu kapan balik,?
Ibuku: yahhh, lama mas herman mahh. Masih di luar kota pak,
Pak rt: waduhh, kesepian dong dek dewik, kasian bapak.
Ibuku: engga kok pak, kan ada amad kadang ada juga bapak mertua. Gk sendiri kok.
Pak rt: hehehe, ohhhh, iyaudah saya balik dulu yaa (dengan mata masih tetap tertuju pada belahan montok bukit ranum ibuku dibalik daster)
———
Itulah gambaran awal mula kisahku yang akan sangat mengocok emosi, yang akan aku ceritakan. Memang ibuku memiliki daya tarik sensual yang luar biasa, yang akan menjadi serigala bagi keluargaku. Karena kadang serigala bukan datang dari luar, kadang datang dari dalam. Pepatah mengatakan pagar makan tanaman.
Di desa kumbang ini, aku juga bersebelahan rumahku dengan kakekku, ia bernama rahmat. Orang2 memanggil abah rohmat, berusia 63 tahun. Rumah kakekku hanya berjarak 8 rumah dari rumahku. Kakekku memiliki halaman depan yang luas dan lansung menghadap jalan, tempat itulah yang dimanfaatkan oleh ayahku untk membuka warung yang dikelola ibuku.
Di hari minggu, kami biasa membuka warung agaj suang sekitar jam 9an, waktu itu kami manfaatkan untuk bersantai dari aktivitas produktif mingguan. Kami yang pagi hari terbiasa bangun subuh, dan setelah usai subuh ibu tidur aku tetap teejaga, kadang menonton dan main hp. Itulah ibuku, apabila dirumah hanya menggunakan kemben batik dan sudah sering aku protes,
Aku: buk, gk enak deh cuma pake kain gitu aja dirumah, (sambil cemberut)
Ibuku: gpp lek, panas too. Lagian rumah kan cm ada kamu.
Aku membiarkan saja dan sudah terbiasa dengan cara ibuku berpakaian tersebut. Masalahnya apabila ibuku hanya berbalut kemben saja. Akan sangat menggairahkan, kemben biasa tidak mampu membendung payudaranya yg montok. Ditambah mulus pahanya akan sangat mengundang birahi siapapun yang melihat, aku kwatir apabila sewaktu2 ada orang bertamu melihat ibuku seperti itu akan sangat tidak fokus.
Dan hal kecil itupula awal kehidupan kami berubah.
Disuatu minggu, aku bangun jam 7.00 seperti biasa aku melaksanakam aktivitas membereskan kamar, menyapu halaman dan menonton tv. Disaat semuanya sudah beres, waktu masih menunjukan pukul 8 pagi, namun ibuku masih belum bangun. Maklum karena ibu saat diwarung jarang dapat jatah tidur siang. Setelah semuanya beres, aku memutuskan untuk mandi. Karena rumah kami kecil, jadi apabila ada tamu akan terdengar dari kamar mandi atau dari sudut manapun dirumah. Disaat aku masuk kamar mandi, aku melihat kain batik yang biasa digunakan ibuku saat di tumah, beserta bh yang sudah longgar akibat begitu seringnya menahan payu dara ibuku. Namun ada yang aneh dari kain ibuku.
Saat aku dekati dan amati, ada bercak lendir putih yang cukup banyak pada kain tersebut. Setelah aku amati lebih seksama, aku yakin itu merupakan sperma laki2, tapi siapaa??? Beribu terkaan muncul dalam hatiku. Namun aku ragu untuk menanyakan ke ibu. Apabila dikatakan ada penyusup, namun siapa? Saat aku sekolah dan ibu diwarung rumah pasti kami kunci, dan kunci kami taruh di rak sepatu depan. Hanya kami dan kakek yang tau posisi kunci itu.
Tapi tunggu!
…… Ahh tidak mungkin,
Tapi kalau tidak siapa lagi? Pikiranku yang tertuju dan mencurigai seseorang, namun hatiku tetap membantah dengan dasar tidak memiliki bukti. Ahh sudahlah. Akhirnya aku melanjutkan mandiku.
Hingga 20 menit aku mandi, terdengar pintu depan ada yang mengetok. Dsri kejauhan aku dengan suara berat laki2.
“madd, udah bangun kah kalian?”
Benar, itu suara kakekku. Kakekku dulunya petani kopi yang memiliki kebun namun kini dikelola oleh anak buahnya, kakek hanya mendapat separuh dari hasil panen kopi tersebut.
Aku: iyaa bah masuk ajaa. Amad lagi mandi(aku berteriak dari dalam kamar mandi mempersilahkan abah masuk.
Abah: yaudah, lekas mandi lek, abah bawakan sesuatu ini.
Aku melanjutkan dengan mencuci bajuku selama seminggu yang telah aku gunakan. Sekitar 20 menit aku mencuci bajuku, termasuk kain ibu yang berisi sperma agar tidak dikira hasil perbuatan aku.
Setelah slesai, aku menghampiri kakekku yang aku lihat diambang pintu kamar ibuku.
Aku: duduk bah, mau amad buatkan teh atau kopi?
Abah: ehhhh, anuuu, ahhhhh kopi aja lek, kopii yaaa.
Aku: yowes, tunggu yaa. Tak buatkan dulu.
Saat sedang menunggu air masak, aku berfikir ada yang aneh. Jarak waktu abah masuk hingga aku slesai mandi 20 menit, tapi kenapa abah terpaku berdiri didepan kamar ibu?
Aku curiga, mengecek dan memastikan sesuatu.
Saat aku kedepan, pura2 bilang kalau gula habis. Hendak mengambil di kamar ibu, dan DEGGG. Aku melihat ibu tidur terlentang dengan kain batiknya awut awutan, mempertontonkan pahanya yang mulus, pantas abah sedari tadi berdiri di depan kamar, rupanya memanfaatkan transparansi korden kamar ibu, untuk mengintip ibu tidur. Aku juga sempat melintas kembali ke dapur melihat sesuatu yang menyembul dari balik sarung lusuhnya. Ternyata benar, abah selama ini menyimpan hasrat kepada ibuku, yaitu menantunya sendiri.
Aku melanjutkan membuat kopi tsb, abah melanjutkan duduk sambil menonton tv. Saat aku kembali memberi kopi abah, saat itu abah menyerahkan bingkisan.
Aku: apa ini bah? Makanan tah?
Abah: iyaa lek, martabak buat kamu, makan lahh.
Aku: beli martabak dimana pagi2 bah?
Abah: adalah pokoknya. Oiya ayahmu kapan balik?
Aku: masih lama bah, baru sebulan lalu balik, nanti lebaran lagi baru deh kayaknya (aku menjawab sekenanya)
Saat abah sedang minum kopinya, saat itu juga ibu sudah bangun terlihat menyapa mertuanya yang kebetulan hanya menggunakan kain batik tidurnya.
Ibu: ehh, abahh udah lama bah?
Ada jeda yang aneh, sekitar 5 detik. Dimana mata kakekku seolah menelanjangi menantunya yang sintal itu.
Abah: ehhhh, iya wi baru nih. Udah dibuatkan kopi nih sm amad. Hehe
Ibu: ohh baguslah, dewi sek mau ke kamar mandi sebentar bah,
Aku yang melihat tatapan abah, selalu tertuju pada gerakan pantat ibuku yang menjauh dari kami, sungguh aku tau tatapan mesum itu. Dan disaat jeda lagi, aku memecah konsentrasi abah dengan inisiatif bertanya,
Aku: abah kapan lagi ajak aku ke kebun?
Abah: ehhh, iyaaa. Kapan2 toh lek, skrng belum juga panen. Nanti panen pasti tak ajak, kan lumayan abah dpt tenaga gratis. Hehehehe. (tertawa sambil terkekeh, menyeruput kopinya)
Aku: bayarlah, masak juragan rahmat nyari gratisan (balasku bercanda).
Saat aku lihat sarungnya, masih ada gundukan yang terlihat. Rupanya abah masih horny dengan ibu.
Setelah dirasa lama menunggu penampakan ibuku yang tak kunjung muncul, akhirnya abah memutuskan untuk balik kembali kerumahnya.
Rasa curiga dalam hatikupun mulai muncul mencium gelagat aneh abahku. Walau bagaimanapun juga aku harus tetap respek terhadapnya.
———-
Pov abah rahmat
Sungguh luar biasa sensasi melihat menantuku yang satu ini, betapa beruntung herman memiliki istri yang sintal macam dewi, kulitnya putih, postur pantat yang menungging dan ditambah payudara yang besar dan kencang memang selalu membuat hati dan kontolku berdenyut. Apalagi aku lihat dia adalah menantu yang sopan dan alim, membuat bertambah kagum dan nafsuku kepada dewi.
Sudah lama memang aku menyimpan nafsu terpendam kepada dewi, semenjak pacaran dengan anakku pun aku sudah sangat tertarik ingin memperkosa dewi dan menikmati memeknya yang harum itu. Obsesi inilah yang membuat aku selalu mencari cara untuk dapat diam2 menikmati tubuhnya dari jauh.
Akulah yang dulu sebenarnya mendesak anakku menyuruh istrinya berjualan di depan rumahku, walaupun herman ogahan dengan saranku. Tapi karna kegigihanku. Aku dapat mengarahkan herman anaku sesuai keinginan bejatku. Diwarung depan rumahku aku sering diam2 dari jauh menikmati tubuh berbalut daster tipis milik dewi. Sesekali pula aku membantunya berjualan hanya sekedar ingin menghirup wangi tubuhnya sudah membuat fantasiku kemana2. Disana pula aku mengetahui bapak2 desa yang berbelanja juga menaruh nafsu pada menantuku. Memang tak bisa dipungkiri wanita berjilbab dan sopan yang memiliki tubuh yang menggebu justru memiliki daya tarik yang magis.
Sampai suatu hari, aku hendak kerumah untuk meminjam gergaji milik herman, aku kerumah menantuku, rumah yang terlihat sepi yang aku tau posisi kunci lansung masuk kedalam untk mengambil gergaji. Namun setelah masuk, dan kebetulan menengok ke wc, aku melihat kain kemben yang dipakai menantuku, sekaligus aku melihat bh miliknya. Aku yang sudah menyimpan nafsu sedari lama kepada menantuku, lansung mengambil dan menghiruk aroma kain tersebut. Seketika kontolku tegang. Lansung saja aku melepas sarungku dan mengocok penisku sambil membayangkan sedang menyetubuhi menantuku, Cersex Mertua
Sshhhhhh.. …… Aaahhhhhhh. Nduk. Tempikmu suatu saat pasti akan kudapatkan…. Aaahhhh ooohhhhhh. Ssshhhh….
Tak lama aku mengokok dan
Crooottt. Croottt. Crottt…..
Spermaku berhamburan mengenai kain dan bh menantuku.
Ahhhh sunggung nikmat. saat mencapai puncak aku mengerang dan membayangkan menantuku yang sintal tsb. Akhirnya Aku kembali ke rumah dengan gergaji yang aku bawa.
Aku sebenarnya adalah laki2 tua yang cukup beruntung. Memiliki 2 orang anak, laki2 dan perempuan. Yang sulung herman suami dewi dan yang satu sukma yang barusaja menikah dengan suaminya bernama broto yang terpaut jauh umurnya. Broto 35 tahun sedangkan sukma baru 27 tahun.
Aku sementara tinggal sendiri dirumah karena istriku dirumah sukma demi membantu sukma mengurus anak bayinya yang baru lahir.
Itu juga merupakan siasatku, dimana aku arahkan istriku untuk membantu anaknya di kota, sehingga aku leluasa meraih dewi menantuku.
Memang aku tau, bahwa diriku adalah pria tua yang bejat, namun pikiran baikku sudah kadung tertutup nafsu pada tubuh menantuku yang hot tersebut. Sampai nafsuku tersebut mendorongku untuk melakukan aksi nekat dan bejat demi memuaskan nafsuku.
Aku pernah dulu, sengaja membelikan es cendol kepada dewi, aku membelikan 2 untk aku bisa makan bersama dengan menantuku di warung. Namun satu es untuk menantuku aku semburkan spermaku agar aku dapat membangunkan fantasiku dimana menantuku meminum air maniku.
Abah: nduk. Abah bawakan es ni. Kita makan bersama yaa.
Dewi: haduhh, abah. Jangan repot2 repot. Hmm matur suhun bah.
Abah: kamu udah aku anggap anak sendiri, yasudah ayo kita makan.
Saat aku menyantap es cendol tersebut, aku memperhatikan dewi yang malu2 memakannya di depanku. Entah karena segan, atau menyadari rasa aneh dari es cendol yang kuberikan.
Dewi: enak bah, ini isi kayak macam agar2 yaa, makanya bisa lengket es nya.
Abah: (aku terkekeh dalam hati, merasa puas, “itu bukan agar2 itu maniku yang kau minum, suatu saat kontolku akan kuhujam ke mulut dan memekmu sampai kamu gk bisa jalan lurus lagi nduk) iyaa, itu mungkin dari tepung sagunya nduk, habiskan yaa.
Itulah bagaimana aku menaruh obsesi seksualku justru kepada menantuku, yang seharusnya aku anggap anak. Namun aku tidak bisa membendung kontol tuaku yang masih merasa muda ini.
Sampai pada suatu kejadian. Aku mendapatkan ide briliant untk mendapatkan dewi seutuhnya. Kejadian kemarin, disaat aku melihat amad mengintip pak rt yang sedang menggoda menantuku.
Aku tau, bahwa cucuku sadar ibunya adalah objek fantasi laki2 mata keranjang, namun tidak memiliki mental untuk menolak. Hanya sebatas protes dalam hati. Hal itulah yang akan aku manfaatkan.
Hahahahahhahaaha.
Aku terkekeh penuh kemenangan melihat kejadian itu, menyadari bahwa tubuh dewi akan aku dapatkan segera, membuat kontolku semakin gatal dan tidak sabar.
To be continued.